Tren penggunaan perbankan digital di Indonesia terus meningkat pesat, terutama sejak pandemi COVID-19, dengan transaksi digital tumbuh lebih dari 40% per tahun dan nilai transaksi naik hampir 55% pada 2024 (sumber: Bank Indonesia). Perbankan digital memberikan kemudahan akses 24/7 melalui smartphone, memungkinkan pengguna melakukan berbagai transaksi seperti transfer, pembayaran, dan isi ulang dompet elektronik tanpa perlu ke kantor cabang. Generasi milenial dan Gen Z menjadi pengguna utama layanan ini karena kepraktisan, keamanan, dan fitur lengkap yang ditawarkan, sehingga mendorong inklusi keuangan dan efisiensi ekonomi digital di Indonesia.
Namun, hal tersebut juga menimbulkan risiko dan ancaman kejahatan siber, yang terus meningkat seiring digitalisasi layanan perbankan seperti:
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa probabilitas serangan siber di sektor keuangan bisa mencapai 86,7% dan menimbulkan kerugian global lebih dari USD 100 miliar per tahun. Ancaman ini menuntut penerapan manajemen risiko dan keamanan siber yang ketat dari bank dan kesadaran tinggi dari nasabah.
Cara untuk dapat menghindari terkena kejahatan siber maka Anda diajak untuk mampu mengidentifikasikan kebiasaan-kebiasaan berisiko dalam transaksi digital, seperti:
Wi-Fi publik, seperti di kafe atau bandara, biasanya tidak aman karena banyak pengguna yang terhubung secara bersamaan. Hal ini memudahkan penjahat siber untuk mencuri data pribadi atau informasi transaksi Anda. Oleh karena itu, sebaiknya hindari melakukan transaksi perbankan digital saat menggunakan Wi-Fi publik dan gunakan jaringan internet pribadi yang lebih aman.
Data seperti PIN, password, kode OTP, dan CVV adalah kunci akses ke rekening Anda. Bank tidak pernah meminta informasi ini melalui telepon, SMS, atau chat. Memberikan data tersebut kepada siapapun, bahkan yang mengaku petugas bank, bisa menyebabkan pencurian dana dan penyalahgunaan akun.
Update aplikasi biasanya berisi perbaikan keamanan dan fitur baru yang melindungi Anda dari ancaman siber. Jika Anda tidak memperbarui aplikasi, perangkat Anda menjadi rentan terhadap serangan malware atau celah keamanan yang dapat dimanfaatkan penjahat.
Penjahat sering mengirim pesan palsu yang berisi link berbahaya untuk mencuri data pribadi atau menginfeksi perangkat dengan malware. Jangan pernah mengklik link dari sumber yang tidak jelas atau tidak Anda kenal, terutama yang meminta informasi akun bank.
Password yang sederhana seperti tanggal lahir atau "123456" mudah ditebak oleh peretas. Selain itu, menggunakan password yang sama untuk berbagai akun meningkatkan risiko jika satu akun berhasil dibobol, akun lain juga ikut terancam.
Notifikasi transaksi membantu Anda memantau aktivitas rekening secara real-time. Jika Anda tidak rutin memeriksa, bisa saja ada transaksi mencurigakan yang tidak segera diketahui dan dilaporkan, sehingga kerugian bisa bertambah besar.
Segera laporkan ke bank jika Anda melihat transaksi yang tidak Anda lakukan atau mencurigakan. Penanganan cepat dapat mencegah kerugian lebih besar dan membantu bank mengambil langkah pengamanan akun Anda.
Dengan mengenali dan menghindari kebiasaan-kebiasaan berisiko ini, Anda dapat menjaga keamanan transaksi perbankan digital dan melindungi dana serta data pribadi dari ancaman kejahatan siber
Jenis-jenis ancaman dan modus kejahatan siber dalam bertransaksi dengan menggunakan digital banking dapat dibaca selengkap pada artikel kenali modus-modus penipuan. Berikut adalah jenis dan modus kejahatan digital banking secara singkat:
Dampak kebiasaan berisiko dalam transaksi perbankan digital dapat menimbulkan konsekuensi serius, antara lain:
Ketika kebiasaan berisiko seperti membagikan data pribadi atau menggunakan jaringan tidak aman terjadi, pelaku kejahatan siber dapat mengakses akun nasabah dan melakukan transaksi tanpa izin. Hal ini menyebabkan hilangnya dana secara langsung dari rekening nasabah, yang sering kali sulit atau memerlukan proses panjang untuk pemulihan.
Data pribadi nasabah seperti nomor rekening, PIN, dan informasi identitas dapat dicuri melalui serangan siber. Data ini kemudian disalahgunakan untuk pencurian identitas, pembukaan rekening palsu, atau transaksi ilegal lainnya yang merugikan korban secara finansial dan reputasi.
Insiden pencurian data dan kerugian finansial yang dialami nasabah dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap keamanan layanan perbankan digital. Penurunan kepercayaan ini berdampak pada loyalitas nasabah, citra bank, dan bahkan dapat mengganggu stabilitas operasional serta pertumbuhan sektor perbankan digital secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, dampak ini menuntut penerapan keamanan siber yang ketat dan kesadaran tinggi dari Anda agar transaksi digital dapat berlangsung aman dan terpercaya.
Strategi dan Tips Menghindari Kebiasaan Berisiko
Sebagai penutup, mari kita selalu tingkatkan kewaspadaan dan disiplin dalam menerapkan kebiasaan aman saat bertransaksi digital. Dengan menjaga kerahasiaan data pribadi, menggunakan jaringan yang aman, serta selalu memeriksa setiap aktivitas rekening, kita tidak hanya melindungi diri dari ancaman kejahatan siber, tetapi juga turut mendukung terciptanya ekosistem perbankan digital yang lebih aman dan terpercaya bagi semua. Ingat, keamanan transaksi digital dimulai dari kesadaran dan tindakan bijak setiap individu. Pelajari lebih lanjut mengenai jenis penipuan dan cara melindungi diri melalui ocbc.id/digisecure.